FINISHING PRODUK

finishing kayu

Pengertian finishing produk furniture,

Finishing furniture berasal dari bahasa asing furniture finishing yang dapat diartikan sebagai suatu pengerjaan tahap akhir dari proses pembuatan produk furniture. Proses finishing produk biasanya meliputi pengerjaan pengamplasan, pengecatan pemolesan, dan pengerjaan-pengerjaan yang lain yang diperlukan untuk membentuk penampilan furniture sesuai dengan keinginan.

Jadi pengertian finishing produk furniture adalah proses pengerjaan yang akan menentukan warna (color) dan penampilan (look) dari suatu furniture. Proses finishing produk furniture akan sangat menentukan harga jual dari suatu produk furniture. Suatu furniture yang berkualitas dan diharapkan mempunyai nilai yang tinggi memerlukan finishing yang tepat agar dapat mempunyai penampilan dan warna yang menarik.

Seni finishing furniture adalah seni untuk memadukan unsur-unsur dari furniture yang sudah ada seperti: design, model, fungsi dan jenis bahan baku sehingga menjadikan suatu produk mebel menjadi menarik dan disukai oleh orang yang memakainya.

Fungsi finishing furniture
Finishing pada furniture mempunyai 2 fungsi yaitu fungsi keindahan (estetika) dan fungsi perlindungan (proteksi). yang dimaksud dengan fungsi keindahan adalah bahwa suatu finishing harus dapat membantu suatu produk furniture menjadi indah dan menarik bagi orang mau memakainya. Yang dimaksud dengan fungsi perlindungan adalah bahwa finishing yang dari suatu produk furniture harus dapat memberikan perlindungan yang cukup sehingga furniture tersebut dapat menjalankan fungsinya.

Bahan-bahan finishing furniture
Menurut fungsinya maka bahan-bahan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Stain: Bahan finishing yang berfungsi untuk membentuk dan menentukan warna dari suatu finishing. Stain dibuat dari suatu pigmen dengan pelarut dan ditambahkan sedikit resin tertentu sebagai pengikat (binder) dan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu dari stain tersebut.
2. Glozer: Suatu jenis wiping stain yaitu suatu stain yang dibuat untuk dapat diaplikasikan dengan cara dikuas atau dilap dengan mudah. Glaze berbeda dengan stain yang lain karena cara aplikasi dan hasil penampilan yang di perolehnya berbeda dengan stain yang lainnya. Glaze diaplikasikan di atas sealer atau wash coat (suatu sealer yang encer) dengan tujuan untuk mengisi warna pada pori-pori dan serat-serat kayu.
3. Clear coating: Bahan finishing yang berfungsi untuk membentuk lapisan film. Lapisan film ini terutama berfungsi untuk memberi perlindungan terhadap warna dari finishing yang dihasilkan dari proses finishing dan juga terhadap produk itu sendiri.
4. Filler dan dempul: Filler dibuat untuk mengisi pori-pori kayu sehingga dapat membantu proses finishing untuk menghasilkan finishing dengan pori-pori tertutup (closed pores finish). Sedangkan dempul adalah bahan untuk menutup lubang atau celah karena kesalahan pengerjaan dalam proses pembuatan furniture atau persiapan bahan baku yang kurang sempurna seperti: dekok karena benturan, lubang bekas paku, lubang bekas dimakan ulat, kayu yang pecah, dan lain-lain.
5. Thinner: Hampir semua finishing membutuhkan thinner untuk mengencerkannya dan mengatur supaya aplikasinya dapat dengan mudah dikerjakan sesuai kebutuhan. Bahan finishing yang murni merupakan bahan padat atau pasta yang kental dan sangat sulit untuk dapat diaplikasikan. Karena itu ke dalam bahan finishing itu ditambahkan thinner sehingga menghasilkan suatu campuran yang lebih encer, sehingga bahan finishing tersebut dapat diaplikasikan dengan mudah.
6. Bahan-bahan finishing tradisional: Bahan-bahan finishing tradisional saat belum ditemukan bahan finishing modern berupa cat (coating). Beberapa bahan-bahan finishing tradisional yang masih dipakai sekarang antara lain adalah: oil, wax, varnish, dan shellac.

Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp
Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terbaru

Kategori

Artikel Terpopuler